Blog dan upaya “menjual diri”

Pagi ini saya masih tetap terjaga. Sebenarnya bukan hal baru dalam hidup saya begadang sampai sepagi ini. Meskipun saya sebenarnya sudah merasa ngantuk. Tapi mau log out sayang kurang sedikit.

Saya teringat kata temen saya, Ayos namanya (yo opo lek tak juluki mak nyoz wae). Kemarin di kantin kampusku saya sempet ngobrol agak lama sebelum akhirnya dia “mencampakkan ku”(du ileh dicampakkan kayak aku sopone wae) karena dia harus kuliah. Dalam obrolan yang ditemani terpaan angin yang lumayan kecang itu, ayoz bilang “yo, blog iku gawe sarana kita “menjual diri” beberapa tahun kedepan perdagangan bebas wis bener-bener jalan, jadi kita harus bisa “menjual diri kita”” (kurang lebih koyok ngonolah, lek salah ojo ngamuk yoz)

Ada satu pelajaran yang tak comot dari obrolanku sama dia (selain curhat kita yozz he…..he…..) “iya ya, aku baru sadar bahwa betapa bergunanya blog ini buat kita nanti. Coba bayangin seandainya nanti kita gak punya blog. Untuk memperkenalkan produk atau kemampuan yang kita punya kita harus berjuang super ekstra kesana kemari untuk “menjual diri” kita. Mungkin banyak sanggahan yang muncul, kan udah ada fs (banyak temen lagi) atau sekalian aja beli domain. Tapi yang perlu diingat kanapa kita pilih blog, yang jelas praktis, ekonomis dan yang penting GRATIS (betul gak). Fs kan juga gratis. Betul, tapi fs cenderung bersifat nonformal dan “hura-hura”(saya menyebutnya begitu). “Jadi beli domain aja” ingat, ketika kita membeli domain kita harus memikirkan gimana desainnya, gimana data basenya, gimana mengelolanya, dan sampe akhirnya gimana mbayarnya. Memang sih dengan 500 ribu aja kita bisa beli domain, tapi jangan harap anda akan dapat kemudahan seperti yang diberikan “mahluk” yang bernama blog ini.

Kata dosen saya, untuk memasarkan produk kita, kita harus menentukan target audiece. Nah disinilah blog bisa berperan. Kita akan “menjual diri” dengan menampakkan blog kita seperti apa.

Bahkan saya berpikiran, bukan tidak mungkin nanti perusahaan dimuka bumi ini sudah terintegrasi dalam sebuah jaringan dan untuk mencari pekerja tinggal memfilter blog para bloger, dan kita gak usah repot2 lagi kesana kemari. Akhirnya kita tinggal klik “Accept” atau “reject” beres…! Coba bayangkan ketika hal tersebut benar terjadi dan kita masih pontang-panting bawa amplop dengan peluh bercucuran.

Bener yoZ katamu, “pilih mana lingkungan yang merubah kamu atau kamu yang bergerak merubah lingkunganmu…! ” Matur nuwun yoz, ternyata “curhat” singkat kita bermanfaat. Sebelumya saya bikin blog ini cuma iseng, tanpa niat dan tujuan apa-apa tapi sekarang saya punya niat dan tujuan apa-apa.

Sepertinya saya harus menyudahi keberadaan saya di warnet ini karena sebentar lagi Adzan subuh segera berkumandang.

3 responses to “Blog dan upaya “menjual diri”

  1. aku mau jual diri gmn caranya om…………..!!!
    ada tante yang lagi kesepian ga? hehehe
    omongnmu. ga usah pake blog aku wis isok dodolan. kowe arep di dol pisan ta? hehehe guyon. ojok ngamuk ta…ngono tok ae.

    lo….liaten ta. dibilangin ojo ngamuk kok…
    y wislah.terzerah. nti aku belikan permen ya!!!

  2. mmmm…. ruwet.
    tanpa blog kita juga bisa jual diri (baca: kemampuan)
    napa ga bikin portofolio. tapi ujung2nya juga ditampilin nang internet (kalo ga blog ya situs ato yg laen, iklan mungkin)
    ya… idem2 aja seh. untuk sekarang ini kan masih bersifat konvensional, jadi masih blum ke arah blogs-internet. jadi amplop masih laku di toko2 terdekat.
    dungaren crut omonganmu abot ngono… hehehehe

Leave a comment